ASAL USUL NAMA KABUPATEN BANYUMAS
Diajukan guna memenuhi tugas dalam
mata kuliah
FOLKLOR JAWA
Disusun oleh:
Nama
: Laeli Nur
Hidayatunnikmh
Kelas / NIM : G PBD / 10205244043
PENDIDIKAN BAHASA DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2010/2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas mandiri mata
kuliah Folklor Jawa yang di berikan oleh Dosen pengajar guna melengkapi tugas
akhir semester III.
Dalam makalah ini penulis membahas Asal
Usul Terjadinya Kabupaten Banyumas yang bertujuan untuk menambah wawasan
tentang terjadinya suatu daerah yaitu Banyumas khususnya mengenai wilayah
sendiri, geografis, kependudukan, serta adat istiadat.
Dalam pembuatan makalah ini penulis
menyadari adanya berbagai kekurangan baik dalam isi materi maupun penyusunan
kalimat. Namun demikian perbaikan merupakan hal yang berlanjut sehingga kritik
dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan.
Akhirnya penulis menyampaikan terima
kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah
tentang asal-usul nama Kabupaten Banyumas. Karena, tanpa bantuan dari kalian
semua maka makalah ini tidak akan selesai tepat pada waktunya dan semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Sekian dan terima
kasih.
Yogyakarta, 13 Desember 2011
Penyusun Makalah
Laeli Nur Hidayatunnikmah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Folklor berasal dari kata folklore. Folk
berarti kolektif atau kebersamaan. Lore berarti tradisi yang diwariskan secara
turun temurun. Jadi secara keseluruhan folklore adalah tradisi kolektif yang
suatu bangsa yang disebarkan dalam bentuk lisan, gerak isyarat sehingga tetap
berkesinambungan dari generasi ke generasi.
Menurut
Alan Dundes kata folk berarti
sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan
sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok sosial lainnya. Ciri-ciri
pengenal itu antara lain, berupa warna kulit, bentuk rambut, mata pencaharian,
bahasa, taraf pendidikan, dan agama yang sama. Namun, yang lebih penting lagi
adalah bahwa mereka telah memiliki suatu tradisi, yaitu kebudayaan yang telah
mereka warisi secara turun-temurun, sedikitnya dua generasi, yang telah mereka
akui sebagai milik bersama. Selain itu, yang paling penting adalah bahwa mereka
memiliki kesadaran akan identitas kelompok mereka sendiri. Kata lore merupakan tradisi dari folk,
yaitu sebagian kebudayaan yang diwariskan secara lisan atau melalui suatu
contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat
(mnemonic device). Dengan demikian, pengertian
folklor adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan dan diwariskan
secara tradisional, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan
gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.
B.
Ciri-ciri
Folklor
1.
Penyebaran
dan pewarisan cerita dilakukan secara lisan
2.
Berkembang
dalam masyarakat secara turun-temurun dalam versi yang berbeda-beda
3.
Bersifat
anonym
4.
Menjadi
milik bersama (kolektif), individu tidak berhak mengklaim
5.
Bersifat pralogis, yaitu mempunyai
logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum
C.
Fungsi Folklor
- Sebagai system proyeksi, yaitu sebagai alat pencermin angan-angan
- Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga kebudayaan
- Sebagai alat mendidik anak
- Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi
BAB II
KABUPATEN BANYUMAS
A.
Letak
Geografis
Wilayah Kabupaten Banyumas terletak di
sebelah Barat Daya & merupakan bagian dari Propinsi Jawa Tengah. Terletak
di antara garis Bujur Timur 108° 39' 17'' sampai 109° 27' 15'' & di antara
garis Lintang Selatan 7° 15' 05'' sampai 7° 37' 10'' yang berarti berada di
belahan selatan garis khatulistiwa.
Di sebelah Utara
|
Kabupaten Tegal dan Pemalang, Gunung Slamet
|
Di sebelah Selatan
|
Kabupaten Cilacap
|
Di sebelah Barat
|
Kabupaten Brebes dan Cilacap
|
Di sebelah Timur
|
Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara dan Kebumen
|
Batas-batas Kabupaten Banyumas adalah :
Luas wilayah Kabupaten Banyumas sekitar
1.327,60 km2 atau setara dengan 132.759,56 ha, dengan keadaan wilayah antara
daratan & pegunungan dengan struktur pegunungan terdiri dari sebagian
lembah Sungai Serayu untuk tanah pertanian, sebagian dataran tinggi untuk pemukiman
& pekarangan, dan sebagian pegunungan untuk perkebunan dan hutan tropis
terletak dilereng Gunung Slamet sebelah selatan. Bumi & kekayaan Kabupaten
Banyumas masih tergolong potensial karena terdapat pegunungan Slamet dengan
ketinggian puncak dari permukaan air laut sekitar 3.400M & masih aktif.
Keadaan cuaca & iklim di Kabupaten Banyumas karena tergolong di belahan
selatan khatulistiwa masih memiliki iklim tropis basah. Demikian Juga karena
terletak di antara lereng pegunungan jauh dari permukaan pantai/lautan maka
pengaruh angin laut tidak begitu tampak, namun dengan adanya dataran rendah
yang seimbang dengan pantai selatan angin hampir nampak bersimpangan antara
pegunungan dengan lembah dengan tekanan rata-rata antara 1.001 mbs, dengan suhu
udara berkisar antara 21,4° C - 30,9° C.
Peta
Kabupaten Banyumas:
Dari segi topografi, Kabupaten Banyumas
memiliki relief beraneka ragam yaitu dataran rendah dan dataran tinggi. Di
wilayah bagian barat, utara dan sepanjang aliran Sungai Serayu merupakan daerah
subur. Wilayah ini sangat baik untuk daerah pertanian dan perkebunan. Dataran
ini merupakan dataran tinggi dengan puncaknya di sebelah utara yaitu Gunung
Slamet. Kemudian untuk dataran rendahnya terletak di wilayah Banyumas bagian
selatan yang merupakan daerah rawan banjir dan mempunyai tanah kurang subur.
Secara fisik, landform di Kabupaten Banyumas dapat dikelompokkan menjadi grup dataran aluvial, perbukitan tektonik, marin, karst dan volkan. Masing-masing landform terdeskripsi dengan sifat karakteristik biogeofisik yang beragam dan mempunyai potensi pengembangan yang berbeda.
Secara fisik, landform di Kabupaten Banyumas dapat dikelompokkan menjadi grup dataran aluvial, perbukitan tektonik, marin, karst dan volkan. Masing-masing landform terdeskripsi dengan sifat karakteristik biogeofisik yang beragam dan mempunyai potensi pengembangan yang berbeda.
Grup volkan seluas kurang lebih 39.802
ha atau sekitar 29.98 persen dari luas wilayah, menempati bagian utara dengan
puncak kerucut volkan di Gunung Slamet. Potensi kesuburan berkisar antara
sedang sampai dengan tinggi dengan faktor pembatas kecuraman lereng dan
tingginya curah hujan tahunan (lebih dari 3.000 mm per tahun).
Grup Marin seluas kurang lebih 1.246 ha atau sekitar 0,94 persen dari wilayah dan menempati bagian selatan, terutama di wilayah yang berbatasan dengan Kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap. Potensi kesuburannya sedang sampai rendah dengan faktor pembatas drainase dan kemungkinan terjadinya banjir musiman, serta rendahnya kandungan fosfat. Grup karst seluas kurang lebih 479 ha atau sekitar 0,36 persen luas wilayah berada di wilayah Kecamatan Ajibarang atau tepatnya sekitar Desa Darmakradenan dan sedikit di Desa Karangkemojing Kecamatan Gumelar. Potensi kesuburannya sedang sampai sangat tinggi dengan faktor pembatas kedalaman solumn dan kelerengan.
Grup Marin seluas kurang lebih 1.246 ha atau sekitar 0,94 persen dari wilayah dan menempati bagian selatan, terutama di wilayah yang berbatasan dengan Kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap. Potensi kesuburannya sedang sampai rendah dengan faktor pembatas drainase dan kemungkinan terjadinya banjir musiman, serta rendahnya kandungan fosfat. Grup karst seluas kurang lebih 479 ha atau sekitar 0,36 persen luas wilayah berada di wilayah Kecamatan Ajibarang atau tepatnya sekitar Desa Darmakradenan dan sedikit di Desa Karangkemojing Kecamatan Gumelar. Potensi kesuburannya sedang sampai sangat tinggi dengan faktor pembatas kedalaman solumn dan kelerengan.
Grup Perbukitan Tektonik menempati
wilayah sekitar 44 persen dari luas wilayah atau kurang lebih seluas 58.414 ha.
Perbukitan ini merupakan rangkaian pegunungan Serayu Selatan dengan posisi
sebagian besar berada di bagian tengah wilayah Kabupaten Banyumas. Potensi
kesuburannya sangat beragam yaitu mulai dari sangat rendah, sampai tinggi.
Potensi kesuburan tinggi sampai sedang dijumpai pada landform dataran tektonik,
dispresi siklin dan punggung antiklin yang secara fisik wilayah ini berbatasan
langsung dengan landform volkan.
Keanekaragaman ini memungkinkan
Kabupaten Banyumas memilik potensi dan keunggulan sumberdaya alam yang sampai
saat ini belum semuanya digali dan dimanfaatkan.
Dibandingkan dengan kabupaten lain di bagian barat Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Banyumas memiliki lokasi yang sangat strategis karena berada pada titik simpul persimpangan dengan kabupaten-kabupaten yang bersebelahan. Kondisi ini didukung dengan infrastruktur jalan dan jembatan yang memadai, sistem telekomunikasi dan prasarana lainnya seperti banyaknya lembaga pendidikan dan lembaga keuangan yang memungkinkan Kabupaten Banyumas sebagai pusat pengembangan budaya dan ekonomi di Jawa Tengah bagian barat selatan.
Dibandingkan dengan kabupaten lain di bagian barat Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Banyumas memiliki lokasi yang sangat strategis karena berada pada titik simpul persimpangan dengan kabupaten-kabupaten yang bersebelahan. Kondisi ini didukung dengan infrastruktur jalan dan jembatan yang memadai, sistem telekomunikasi dan prasarana lainnya seperti banyaknya lembaga pendidikan dan lembaga keuangan yang memungkinkan Kabupaten Banyumas sebagai pusat pengembangan budaya dan ekonomi di Jawa Tengah bagian barat selatan.
B.
Kependudukan
Kabupaten Banyumas
Wilayah Kabupaten Banyumas terbagi
menjadi 27 kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan 329 desa dengan jumlah
penduduknya pada tahun 2000 berjumlah 1.471.356 jiwa. Angka pertumbuhan penduduk
rata-rata 0,78 persen. Dari 27 kecamatan, jumlah penduduk tertinggi di
Kecamatan Cilongok sebanyak 104.277 jiwa dan kecamatan dengan penduduk terendah
di Kecamatan Somagede dengan jumlah penduduk 33.043 jiwa. Mata pencaharian
pokok sebagian besar sebagai petani yaitu kurang lebih sekitar 49 persen dari
populasi angkatan kerja produktif.
Kepadatan penduduk Kabupaten Banyumas
meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Jika pada tahun 1994 kepadatan
Kabupaten Banyumas sebesar 1.057 jiwa/km2 maka pada tahun 1999 menjadi 1.107
jiwa/km2 dengan kepadatan tertinggi di Kecamatan Purwokerto Timur sebesar 7.385
jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Lumbir sebesar 429 jiwa/km2.
Berdasarkan angka kelahiran dan
kematian, maka penduduk Kabupaten Banyumas yang lahir cenderung menurun lebih
besar dibanding yang mati. Jika tingkat kelahiran menurun rata-rata 1.53 persen
pertahun maka tingkat kematian menurun hanya 1.08 persen per tahun.
Penduduk Kabupaten Banyumas berdasar
tingkat pendidikannya 80.61 persen masih berpendidikan SD/sederajat kebawah
atau tidak/belum pernah sekolah, 11,17 persen berpendidikan SLTP, 7,29 persen
berpendidikan SLTA dan 0.93 persen berpendidikan tinggi.
Mengenai
Keadaan Perekonomian masyarakat, PDRB Kabupaten Banyumas pada Tahun 1999 atas dasar
harga konstan 1993 sebesar Rp 988.05 miliar. Nilai ini lebih tinggi dibanding
tahun 1998 yang mencapai Rp 983.56 miliar. Selama kurun waktu 1993 - 1999, PDRB
Kabupaten Banyumas atas dasar konstan 1993 hanya mengalami kenaikan 1,13 kali.
Perekonomian Kabupaten Banyumas masih didukung oleh sektor pertanian, yang
rata-rata menyumbangkan 28 persen dari PDRB Kabupaten Banyumas. Disamping
pertanian, sektor industri, perdagangan dan jasa merupakan penyumbang yang
cukup besar terhadap PDRB Kabupaten Banyumas.
C.
Adat
Istiadat di Kabupaten Banyumas
- Begalan
Begalan merupakan sebuah kesenian
tradisional warisan budaya leluhur asli daerah Banyumas, lazim dipertunjukkan
melengkapi upacara adat pernikahan. Namun tidak semua acara adat pernikahan
"disuguhi" seni tradisi Begalan. Yang sudah menjadi tradisi keharusan
disuguhi seni tradisi Begalan bila acara pernikahan anak sulung mendapatkan
anak sulung, anak sulung mendapatkan bungsu, atau anak bungsu dinikahkan anak
bungsu. Tahun 1960-an seni tradisi Begalan menjadi primadona, terutama
masyarakat yang masih taat dan menjunjung tinggi terhadap adat.
Di dalam seni tradisi Begalan ada nuansa
yang terkandung di dalamnya, yaitu, wejangan dari sesepuh selain di dalamnya
terkandung pesan atau wejangan yang ditujukan kepada mempelai pasangan pengantin.
Namun dengan pengaruh perkembangan kesenian yang kian instan, acara Begalan
sudah kian jarang dilakukan pada upacara pernikahan di Karsidenan Banyumas.
Kata "Begalan" berasal dari
bahasa Jawa, artinya perampokan. Dalam penyajiannya memang terjadi dialog
sesuai dengan legenda. Syahdan, pada saat putri bungsu Adipati Wirasaba (Kec.
Bukateja, Kab. Purbalingga) hendak dinikahkan dengan putri sulung Adipati
Banyumas Pangeran Tirtokencono. Begalan wajib dilaksanakan. Sebab bila tata cara
ini tidak diindahkan, dikhawatirkan bakal terjadi bencana atau musibah. Bencana
bisa menimpa kedua mempelai dalam mengarungi bahtera hidup berumah tangga.
Tradisi Begalan di dalamnya sangat dipercaya mengandung kekuatan gaib dan unsur
Irasional.
- Sadranan
Sadranan atau nyadran yaitu rangkaian kegiatan keagamaan
yang sudah menjadi tradisi yang dilakukan dibulan Syakban (Ruwah) menjelang
bulan Ramadhan. Zaman dulu acara sadranan dilakukan sebagai pemujaan kepada
leluhur juga kepada arwah leluhur sebab dipercaya jika arwah leluhur yang sudah
meninggal itu sebenarnya masih hidup didunia. Upacara sadranan jaman dulu
menggunakan ubarampe (sesaji) seperti sesaji makanan yang tidak enak dimakan,
contohnya daging yang masih mentah, darah ayam, kluwak, dan lain-lain. Upacara
nyadran biasanya diawali dari kegiatan bersih makam para leluhur dan saudara
yang sudah meninggal yang dilakukan dari pagi sampe menjelang shalat dzuhur.
Kemudian dilanjutnya dengan berdoa kepada Tuhan untuk keselamatan kerabat yang
masih hidup juga mengiri m doa untuk ketentraman arwah kerabat yang sudah
meninggal. Yang terakhir yaitu kenduren (selametan) yaitu membagikan makanan
kepada tetangga dekat.
- Cowongan
Cowongan adalah suatu sarana untuk mengungkapkan keinginin masyarakat
akan turunnya hujan. dalam peaksanaan cowongan terdapat 2 hal penting yaitu
aktivitas seni dan bentuk ritual tradisionalyang menjadi sarana komunikasi
antara manusia dengan alam yang bertujuan untuk mendatangkan hujan. Disebut
sebagai aktivitas seni karena didalamnya terdapat syair-syair yang tidak lain
adalah doa-doa yang dilakukan dalam bentuk tembang, irus atau siwur yang
menjadi properti upacara yang dihias menyerupai seorang putri. Doa-doa tersebut
ditujukan kepada sang penguasa alam agar hujan segera turun. Disebut sebagai
ritual tradisional karena di dalamnya terdapat sesaji-sesaji,
properti-properti, rialat dan doa-doa yang kesemuanya ditujukan sebagai suatu
permohonan kepada penguasa seluruh alam agar segera menurunkan hujan.
BAB III
ASAL MULA TERJADINYA
BANYUMAS
Kabupaten
Banyumas berdiri pada hari Jum’at Kliwon, 6 April 1582 atau 12 Rabiul Awal 990
H. yang kemudian ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten tingkat II No.2
Tahun 1990. Kadipaten Banyumas yang pertama berada di kecamatan Banyumas
sendiri. Konon pada saat terjadi banjir besar di sungai Banyumas (Serayu)
kadipaten banyumas tersebut menjadi tempat untuk berlindung masyarakat tepatnya
di pendopo si Panji. Pada tanggal 1 januari 1937, kadipaten Banyumas dipindah
ke Purwokerto melalui Semarang karena Kayu Mas yg penjadi saka guru dipendopo
si panji tersebut tidak boleh melewati sungai serayu.
a. Sinopsis
Riwayat
Djoko Kahiman atau Raden Djoko Semangoen atau Adipati Mrapat adalah putra Raden
Harjo Banyaksosro, Adipati Pasir Luhur yang sejak kecil diasuh dan diambil anak
angkat oleh Kyai dan Nyai Mranggi Semoe di Kejawar. Kyai Mranggi sebenarnya
namanya adalah Kyai Sambarta dan Nyai Mranggi adalah Nyai Ngaisah.
Setelah
Raden Djoko Kahiman dewasa lalu mengabdikan dirinya pada Kyai Adipati Wirasaba
yang bernama Adipati Wargo Oetomo I dan akhirnya Raden Djoko Kahiman menjadi
menantu Wargo Oetomo I, dinikahkan dengan putri sulungnya yang bernama Rara
Kartimah.
Suatu
ketika Adipati Wirasaba mendapat titah Sultan Pajang agar mempersembahkan salah
seorang putrinya untuk dijadikan garwa ampean. Oleh Sang Adipati dipersembahkan
putri bungsunya yang bernama Rara Soekartiyah, yang pada masa kecilnya pernah
dijodohkan dengan putra saudaranya yaitu Ki Ageng Toyareka, namun setelah
dewasa Rara Soekartiyah menolak untuk berumah tangga dan bercerai sebelum
berkumpul.
Sakit
hati Ki Ageng Toyareka kemudian membuat fitnah yang menyebabkan murka Sultan
Pajang dan menyuruh Gandek supaya membunuh Adipati Wirasaba dalam perjalanan
pulang tanpa penelitian terlebih dahulu. Tetapi sesudah diteliti menyesallah
Sultan Pajang, kemudian menyuruh Gandek untuk menyusul Gandek terdahulu supaya
membatalkan rencana membunuh Adipati Wargo Oetomo I (Adipati Wirasaba), namun
sudah terlambat. Tempat terjadinya di Desa Bener, maka Adipati Wargo Oetomo I
juga terkenal dengan sebutan Adipati Sedo Bener, sedangkan makam beliau di
pasarehan Pakiringan, sebelah timur kota Banyumas, sekarang masuk wilayah
Purworejo, Klampok.
Penyesalan
Sultan Pajang kemudian menitahkan memanggil putra Adipati Wirasaba supaya
menghadap ke Kesultanan Pajang, namun semua putra Wargo Oetomo I (Adipati
Wirasaba) tidak ada yang berani menghadap, akhirnya dengan jiwa heroik dan
patriotis karena anggapannya akan dibunuh juga, berangkatlah Raden Djoko
Kahiman menghadap Sultan Pajang. Di luar dugaan Raden Djoko Kahiman malah
diangkat menjadi Adipati Wirasaba VII dengan gelar Adipati Wargo Oetomo II untuk
menggantikan Adipati Wargo Oetomo I yang telah wafat karena kesalahpahaman.
Sultan Pajang memberikan segala kebijaksanaan Kadipaten Wirasaba kepada Wargo
Oetomo II.
Dengan
kebesaran jiwanya Adipati Wargo Oetomo II (Raden Djaka Kaiman) tidak ingin
mementingkan dirinya sendiri (mukti sendiri), karena beliau adalah anak mantu,
maka mohon restu agar diperkenankan untuk membagi daerah kekuasaan Wirasaba
menjadi 4 daerah.
Sekembalinya
dari Pajang maka Raden Djoko Kahiman yang telah diangkat menjadi Adipati Wirasaba
VII, beliau membagi daerah kekuasaannya menjadi empat, yaitu :
1. Banjar Pertambakan diberikan kepada Kjai
Ngabehi Wirojoedo.
2. Merden diberikan kepada Kjai Ngabehi
Wirokoesoemo.
3. Wirasaba diberikan kepada Kjai Ngabehi
Wargowidjojo.
4. Sedangkan beliau merelakan kembali ke
Kejawar dengan maksud mulai membangun pusat pemerintahn yang baru.
Sekembalinya
Raden Djaka Kaiman dari Pajang, Beliau membabad hutan mangli yang berada di
Kejawar untuk dijadikan pusat pemerintahan yang selanjutnya diberi nama
Kadipaten Banyumas. Raden Djaka Kaiman yang bergelar Kanjeng Adipati Warga
Utama II itu kemudian dikenal dengan sebutan Adipati Mrapat karena
kebijaksanaan Beliau kepada saudara-saudara iparnya untuk membagi kadipaten
menjadi 4.
Asal mula nama Banyumas ada dua versi
yaitu :
1. Hutan
Mangli di daerah Kejawar sebagai tempat pertama dibangunnya pusat pemerintahan
Adipati Wargo Oetomo II (Djoko Kahiman / Adipati Mrapat) setelah meninggalkan
Wirasaba.
Menurut riwayat yang juga dipercayai masyarakat,
beliau menerima wisik supaya pergi ke suatu tempat tumbuhnya pohon Tembaga. Di
hutan Mangli inilah diketemukan pohon Tembaga yang dimaksud yaitu di sebelah
Timur pertemuan sungai Pasinggangan dan sungai Banyumas. Kemudian mulailah
dibangun tempat tersebut sebagai pusat pemerintahan dengan dibiayai oleh Kjai
Mranggi Semu di Kejawar.
Ketika sedang sibuk-sibuknya membangun
pusat pemerintahan itu, kebetulan pada waktu itu ada sebatang kayu besar hanyut
di sungai Serayu. Pohon tersebut namanya pohon Kayu Mas yang setelah diteliti
berasal dari Desa Karangjambu (Kecamatan Kejobong, Bukateja, Kabupaten
Purbalinga), sekarang sebelah timur Wirasaba. Anehnya kayu tersebut terhenti di
sungai Serayu dekat lokasi pembangunan pusat pemerintahan. Adipati Marapat
tersentuh hatinya melihat kejadian tersebut, kemudian berkenan untuk mengambil
Kayu Mas tersebut untuk dijadikan Saka Guru. Karena kayu itu namanya Kayu Mas
dan hanyut terbawa air (banyu), maka pusat pemerintahan yang dibangun ini
kemudian diberi nama Banyumas (perpaduan antara air (banyu) dan Kayu Mas)).
2. Ketika
Raden Djaka Kaiman akan membangun pusat pemerintahan (sekarang menjadi Kantor
Kecamatan Banyumas), Beliau meninjau atau berkeliling daerah tersebut.
Tiba-tiba tepat dibagian belakang Kadipaten tesebut beliau melihat ada cahaya
emas dari sebuah sendang. Konon cahaya tersebut merupakan pantulan dari sinar
matahari yang mengenai genangan air. Sendang tersebut sampai sekarang masih
utuh dan dinamai Sumur Mas. Pada saat itu Beliau menamai Kadipaten tersebut
Banyumas yaitu dari kata Banyu (air yang berasal dari sendang) dan Mas
(pantulan cahaya yang mengenai air). Namun pada versi kedua ini belum ada
kejelasan karena cerita ini didapat dari cerita mulut ke mulut.
b. Tokoh
Protagonis
1. Raden
Djaka Kaiman
Raden
Djaka Kaiman adalah orang yang bijaksana, beliau tidak mau berkuasa sendirian
maka beliau membagi kadipaten menjadi 4 bagian untuk saudara iparnya.
2. Adipati
Wirasaba
Mengangkat
Raden Djaka Kaiman menjadi anak mantunya karena sudah mengabdi kepada Adipati
Wirasaba.
3. Kyai
Mranggi
Kyai
Mranggi dan istrinya Nyai Mranggi mengasuh Raden Djaka Kaiman dari kecil sampai
dewasa
4. Sultan
Pajang
Mengangkat
Raden Djaka Kaiman menjadi Adipati Wirasaba VII menggantikan Adipati Warga
Utama I untuk menebus kesalahpahaman kepada Adipati Warga Utama I, dan
memberikan seluruh kebijaksanaan Kadipaten Wirasaba kepada Raden Djaka Kaiman.
c. Tokoh
Antagonis
1. Ki
Ageng Toyareka
Memfitnah
Adipati Wirasaba bahwa beliau tidak memberikan putri bungsunya untuk menjadi
garwa ampean Sultan Pajang karena cintanya ditolak oleh anak bungsu Adipati
Wirasaba.
BAB IV
KANDUNGAN NILAI LUHUR
A. Nilai
Kemanusiaan
1. Cinta
Kasih
-Raden
Djaka Kaiman dinikahkan dengan putri sulung Adipati Wirasaba.
-Kyai
dan Nyai Mranggi mau mengasuh dan mengambil Raden Djaka Kaiman sebagai anak
angkatnya.
2. Keindahan
Raden
Djaka Kaiman membabad hutan mangli untuk dijadikan pusat pemerintahan yang
diberinama Banyumas.
3. Penderitaan
Adipati
Wirasaba yang mati dibunuh oleh gandek dari Sultan Pajang akibat terkena fitnah
Ki Ageng Toyareka.
4. Harapan
Raden
Djaka Kaiman membagi Kadipaten Wirasaba menjadi 4 bagian kepada saudara-saudara
iparnya, beliau berharap agar tidak terjadi pertengkaran diantara mereka karena
berebut kekuasaan.
5. Keadilan
Setelah
diangkat menjadi Adipati Warga Utama II, Raden Djaka Kaiman tidak mau berkuasa
sendiri, ia membagikan kadipaten Wirasaba menjadi 4 bagian untuk saudara
iparnya.
6. Tanggung
jawab
Karena
merasa bersalah telah membunuh Adipati Wirasaba akibat fitnah, maka Beliau
mengangkat Raden Djaka Kaiman menjadi Adipati Warga Utama II menggantikan
Adipati Wirasaba.
7. Kegelisahan
Saudara-saudara
ipar Raden Djaka Kaiman tidak mau menghadap Sultan Pajang karena mereka takut
akan dibunuh oleh Sultan Pajang.
8. Pandangan
Hidup
Raden
Djaka Kaiman memberanikan diri untuk menghadap Sultan Pajang karena anggapanya,
Beliau akan mati dibunuh oleh Sultan Pajang.
B. Nilai
Kemasyarakatan
1. Mengenai
cerita asal mula Banyumas, masyarakat Banyumas masih tetap menghormati dan
menghargai peninggalan dan sejarah terjadinya Banyumas seperti menjaga dan
merawat sumur mas dan menjadikan kayu mas sebagai saka guru di pendopo si
Panji.
2. Nilai
gotong royong pada masyarakat Banyumas masih sangat terlihat kental misalnya
pada upacara adat, kerja bakti yang dilakukan secara bersama-sama.
3. Nilai
kemanusiaan di Banyumas terlihat kental, itu terbukti jika antar masyarakat
masih saling menjaga hubungan baik, saling menjaga sikap dan menghormati satu
sama lainnya.
C. Nilai
kesusilaan
Ketika Ki Ageng Toyareka menyebar fitnah
kepada Sultan Pajang bahwa Adipati Wirasaba tidak mau menyerahkan putri
bungsunya untuk dijadikan garwa ampean Sultan Pajang. Sehingga Sultan Pajang
marah dan menyuruh gandeknya untuk membunuh Adipati Wirasaba. Tindakan Ki Ageng
Toyareka tersebut merupakan tindakan asusila yang dapat merugikan orang lain.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Semakin berkembangnya jaman, para
generasi muda sudah mulai melupakan cerita rakyat daerah yang seharusnya wajib kita
jaga dan lestarikan sehingga tidak hilang dimakan waktu. Cerita rakyat yang senantiasa diwariskan
turun temuruan secara lisan disebut folklor. Jadi
apabila tidak
ada orang yang mengetahui sebuah cerita tentang suatu kejadian di masa lalu
yang bisa diceritakan kepada anak turunnya, maka bisa dipastikan folklore yang
dahulu ada dan berkembang di daerah tersebut akan hilang.
Oleh karena itu cerita sejarah asal mula
Kabupaten Banyumas harus kita ketahui agar kelak bida diceritakan kepada anak
cucu kita, sehingga mereka tidak miskin akan sejarah. Sehingga cerita
terjadinya Banyumas ini tidak akan hilang dimakan usia dan akan tetap sama
walopun sudah berganti generasi selanjutnya.
B. Saran
Dari rangkaian cerita terjadinya
Kabupaten Banyumas tersebut, maka kita harus tetap menjaga dan melestarikan
cerita rakyat tersebut supaya kita tetap ingat dan tahu sejarah terjadinya
suatu tempat dan bisa untuk menarik masyarakat luas untuk ikut mempelajarinya.
Kita juga bisa mengambil nilai-nilai
yang ada dalam folklore tersebut dan memilah-milah tentang baik dan buruknya
untuk kemudian mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Purwadi. 2009. Foklor Jawa. Yogyakarta: Pura Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar